Belum lama ini, beredar berita ada seorang ibu yang tega membunuh anaknya, karena sulit mengajarkan sang anak saat melaksanakan pembelajaran online. Sang ibu mengaku menyesal, karena tindakannya berakibat pada hilangnya nyawa sang anak. Saat anaknya tidak sadarkan diri, ia mulai panik dan berencana membawa anaknya ke rumah sakit. Namun, di tengah perjalanan kedua orang tua tersebut menyadari bahwa anaknya sudah meninggal. Maka dari itu, mereka mengubah rencananya dengan langsung menguburkan anak karena takut diketahui oleh orang lain.
Fenomena di atas membuat kami, Sekolah Kak Seto merasa prihatin. Keluarga dan bahkan, orang tua yang seharusnya menjadi tempat paling aman dan dapat melindungi anak-anaknya, berubah menjadi tempat paling menakutkan hingga mampu menghilangkan nyawa anaknya. Kekerasan terhadap anak bukan baru terjadi saat ini saja, sudah terjadi sejak lama dan belum juga berhenti sampai saat ini. Hal ini, membuat Sekolah Kak Seto berupaya menjabarkan alasan/penyebab apa saja yang melandaskan peristiwa tersebut masih kerap terjadi. Harapannya agar dapat mengedukasi orang tua dan meminimalisir terulangnya kejadian serupa di atas. Berikut beberapa penyebab mengapa orang tua melakukan kekerasan terhadap anak:
Korban Kekerasan
Banyak ditemui bahwa, pelaku kekerasan memiliki pengalaman traumatis yang berkaitan dengan kekerasan di masa lalunya. Pengalaman traumatis ini belum terselesaikan dan secara tidak sadar, mereka melakukan hal yang sama seperti yang ia terima di masa lalu. Pengalaman ini tidak hanya berkaitan dengan orang tua, tetapi juga bisa didapatkan dari pergaulan sosialnya. Seorang korban bullying dari teman sebaya bisa menjadi pemicu seseorang menjadi pelaku kekerasan, jika ia tidak mendapat arahan yang tepat dan tempat untuk menyalurkan emosinya.
Tidak Memahami Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
Kak Seto pernah mengingatkan bahwa, anak bukanlah orang dewasa mini. Mereka masih dalam masa tumbuh dan berkembang. Pertubuhan mengacu pada aspek psikologis, dimana anak masih belajar bagaimana berperilaku yang baik dan harus diajarkan dengan metode tauladan. Ingat selalu, anak adalah peniru terbaik, sehingga contohkanlah perilaku yang baik kepada anak. Anak juga masih dalam masa pertumbuhan, artinya aspek sensorik motorik
masih belum sempurna. Tubuh mereka masih memerlukan pembiasaan agar bisa bergerak lebih baik, misalkan belajar menulis.
Kecerdasan itu Majemuk
Orang tua perlu memahami bahwa, kecerdasan itu tidak melulu mengacu kecerdasan akademik, tetapi ada juga kecerdasan lainnya. Kecerdasan itu sifatnya majemuk, sebagai contoh ada yang disebut dengan kecerdasan motorik, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan spasial, kecerdasan bahasa, kecerdasan eksistensi, kecerdasan emosi, dan lain sebagainya. Orang tua hendaknya memahami bahwa, setiap anak itu unik dan memiliki jenis kecerdasan yang berbeda-beda. Karena itu, orang tua diharapkan tidak memaksakan anak untuk mampu berprestasi pada hal tertentu/yang orang tuanya sukai saja. Hendaknya, orang tua menemukan potensi atau kecerdasan pada masing-masing anak dan membantu mengembangkannya.
Pola asuh yang Kurang Tepat
Pola asuh orang tua yang cenderung memanjakan dan selalu menuruti anak bisa membuat anak menjadi egois dan memaksakan keinginannya terpenuhi. Ketika dewasa mereka bisa berkembang menjadi seseorang yang agresif dan suka memaksakan kehendak. Tidak menutup kemungkinan, mereka dapat menggunakan kekerasan agar keinginannya terpenuhi. Pola asuh yang terlalu keras atau otoriter juga bisa membentuk seseorang menjadi individu yang penuh kekerasan. Orang tua diharapkan dapat belajar bagaimana menerapkan kedisiplinan dan kasih sayang dalam keluarga dengan porsi yang seimbang. Dengan begitu, orang tua tahu kapan bersikap tegas dan kapan harus berikap lemah lembut.
Stres Tekanan hidup
Tekanan kebutuhan hidup juga bisa memicu seseorang menjadi stres dan melampiaskan kekecewaan/tekanan tersebut pada anak. Anak sering dijadikan objek kekerasan, karena mereka masih lemah dan tidak bisa melakukan perlawanan. Para orang tua hendaknya mampu mengendalikan emosinya dan memahami bagaimana cara untuk mereduksi emosi tersebut. Cara-cara yang bisa dilakukan adalah dengan rekreasi, kegiatan spiritual, meditasi, diam sejenak, pergi menjauh untuk menenangkan diri, dan lain sebagainya.
Sekolah Kak Seto selalu mengutamakan dan menghimbau kepada seluruh tutor maupun karyawan untuk bisa selalu memahami perkembangan dan pertumbuhan anak. Hal ini diupayakan agar tutor maupun karyawan dapat berkomunikasi dan melakukan pendekatan kepada anak dengan mengedepankan kasih sayang. Kasih sayang adalah kebutuhan dasar dari seorang anak agar ia merasa disayangi, sehingga ia tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang turut memberikan kasih sayang kepada lingkungannya. Mari kita sayangi anak-anak kita dengan sepenuh hati untuk Indonesia yang lebih baik.